Rahim Pengganti

Bab 161 "Garis Biru"



Bab 161 "Garis Biru"

0Bab 161     
0

Garis Biru     

Setelah pulang dari kantor bapak Joyo, Daffa hanya diam melihat keterdiaman sang suami membuat Gina sedikit takut. Wanita itu merasa ada sesuatu hal yang ditutupi oleh suami nya, apa lagi saat melihat Daffa yang seketika hanya diam dengan tangan yang mengepal. Mereka berdua pergi dengan menggunakan taksi, Dewa yang ingin mengantar tidak di respon oleh Daffa. Gina tidak tahu apa yang di terjadi di dalam sana, karena diri nya hanya menunggu di rumah bersama dengan Dewa.     

"Mas!!" panggil Gina. Wanita itu juga mengelus tangan suami nya, Daffa lalu menoleh ke arah Gina. Melihat pandangan sang suami yang begitu datar membuat Gina mengurungkan niat nya untuk bertanya kepada ada sang suami. Gina tersenyum dengan sangat tulus lalu menggelengkan kepala nya tanda bahwa diri nya tidak jadi bertanya kepada Daffa.     

Daffa yang menyadari sikapnya siang sejak tadi hanya diam saja menarik nafas nya panjang. Daffa lalu menggenggam tangan Gina dengan begitu erat, Gina bisa merasakan bahwa saat ini ada sesuatu yang sangat mengganjal di dalam hati nya sang suami.     

***     

Mobil yang membawa Daffa serta Gina sudah sampai di depan asrama keduanya segera turun Daffa langsung menggandeng tangan sang istri dan berjalan beriringan dari depan gerbang menuju ke dalam rumah mereka. Sepanjang perjalanan kedua nya bertemu dengan beberapa orang yang atau anggota yang yang menyapa Daffa atau Gina secara bergantian. Beberapa dari mereka juga menggoda Daffa yang begitu erat menggenggam tangan istri nya.     

"Kapt tumben jalan berdua cie habis dari mana nih," goda Gilang yang sedang membersihkan mobil nya di depan rumah. Daffa va hanya menatap sekilas ke arah teman nya tersebut melihat sikap Daffa yang seperti itu gilang semakin menjadi menggoda kapten nya tersebut. Kedua laki laki itu lalu mengobrol Gina langsung menuju ke rumah mereka. Wanita itu segera merebahkan diri nya di atas sofa sambil berpikir mengenai apa yang terjadi saat di kantor sang mertua Gina merasa penasaran dengan hal tersebut sebagai seorang menantu jenderal Gina tidak menyangka bahwa Bapak Joyo adalah pemilik perusahaan terkenal tersebut.     

"Muka lo kenapa ditekuk kayak gitu, ada hal apa yang terjadi?" tanya Gilang.     

Daffa Gilang dan Ares sudah berteman sejak lama sehingga mereka bertiga bahkan tahu mengenai apa yang terjadi di antara keluarga mereka masing masing. Apalagi Gilang yang sangat dekat dengan keluarga Daffa sehingga dirinya mengetahui bahwa ada hal yang tidak beres terjadi kepada kapten nya tersebut.     

"Bapak minta gue untuk kelola perusahaan nya dan lo tahu kan kalau gue nggak akan pernah mau melakukan hal itu."     

"Kenapa apa lu bisa coba banyak kok para anggota lain nya yang punya bisnis di luar sana lu cuman sebagai penerus sedangkan lu bisa bayar orang untuk kerja di perusahaan."     

"Teori memang mudah untuk disampaikan tapi praktek sangat sulit. Lo mungkin bisa ngomong kayak gini tapi gue nggak akan pernah mau berurusan dengan orang orang seperti mereka yang ada di perusahaan bapak."     

Daffa dan Gilang saling berdiskusi mengenai pandangan mereka masing masing tentang bagaimana dunia bisnis yang sebenarnya Gilang yang terakhir sebagai seorang anak pembisnis juga tahu hitam dan putih dari suatu perusahaan itu seperti apa sedangkan Daffa yang lahir dari seorang angkatan serta cucu dari Seorang pebisnis dunia juga tahu u baik dan buruk dari perusahaan perusahaan yang ada. Permainan uang adalah salah satu hal yang sangat mungkin terjadi bahkan setiap karyawan dari yang terendah hingga yang tertinggi bisa saja melakukan semuanya hanya berdalih hilaf.     

"Tapi kalau gue boleh saran mending Lo jelasin aja kenapa dan apa yang yang menjadi alasan kenapa apa lo nggak mau berurusan dengan perusahaan. Kalau lo cuman diam terus kabur tanpa apa mau diajak diskusi semua akan sia sia bro hubungan lo dan jenderal juga bisa rusak kalau kalian sama sama egois."     

Setelah mengatakan hal itu gilang menepuk bahu sahabat nya tersebut, sedangkan Daffa memikirkan apa apa yang baru saja diucapkan oleh Gilang hal tersebut membuat Daffa terdiam karena memang selama ini jika Bapak Joyo membahas mengenai perusahaan Daffa selalu menghindar dan pergi sama halnya seperti tadi saat mereka pergi ke kantor Bapak Joyo. Seharusnya Dafa mengatakan alasan kenapa dirinya tidak ingin menjadi pimpinan dari sebuah perusahaan namun, karena sikap egois yang ada di dalam dirinya membuat Dafa merasa hal tersebut tidak penting.     

**"     

Setelah puas berbincang bincang bersama dengan Gilang di rumah nya, Daffa lalu masuk ke dalam rumahnya saat pintu dibuka aroma masakan sangat tercium jelas Daffa melirik ke arah dinding dimana h menggantung dengan sangat indah di sana ternyata saat ini ini sudah pukul 11. 00 siang, Daffa lalu berjalan mendekati istrinya yang berada di dapur.     

"Kamu masak apa?" tanya Daffa. Mendengar suara tersebut membuat Gina hampir saja menjatuhkan panci panas yang berisikan sup tersebut.     

"Mas!!!" pekik Gina. Wanita itu benar benar terkejut dengan apa yang baru terjadi, jika saja diri nya tidak stabil memegang panci tersebut bisa saja saat ini semua yang ada di dalam panci sup tumpah di kakinya.     

"Maaf sayang," ucap Daffa dengan penuh penyesalan.     

China memasang wajah cemberut nya wanita itu sangat kesal dengan sikap sang suami yang datang tiba-tiba dan mengejutkan dirinya. "Kamu kalau kayak gitu lagi Aku beneran marah lho Mas," ucap Gina sambil berjalan ke arah lemari.     

"Maaf … maaf … maafin mas ya sayang," ucap Daffa dengan penuh penyesalan.     

Gina terus mengomel sepanjang jalan kenangan wanita itu terus saja membahas a b dan c karena kesal dengan sikap suami nya Dafa hanya bisa terdiam dan menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal pria itu lalu berjalan dengan sangat pelan ke arah kamar nya dan masuk ke dalam sana Gina yang merasa dirinya seorang diri di dapur segera menoleh ke arah belakang dan benar saja suaminya sudah tidak ada lagi di tempat Gina hanya bisa menarik nafas pasrah dengan tingkah sang suami yang super duper membuat dirinya kesal.     

Di dalam kamar Dafa segera merebahkan dirinya pria itu menatap ke arah langit-langit kamarnya banyak hal yang saat ini dipikirkan oleh Daffa salah satunya adalah tentang perusahaan sang Bapak. Perusahaan yang dibangun Bapak Joyo dan saudara kembarnya yang meninggal akibat kecelakaan om Jaya adalah pemilik dari perusahaan JJ Group. Akibat sebuah kecelakaan di masa muda om Jaya harus meregang nyawa karena hal itu juga membuat Bapak Joyo menjadi bertanggung jawab mengenai perusahaan tersebut meskipun dirinya adalah seorang anggota TNI.     

Helaan nafas panjang terdengar sangat jelas sejak tadi mencoba menarik napas nya pria itu begitu dalam memikirkan semua hal yang terjadi hingga suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Daffa.     

"Mas, ayo makan siang dulu," ajak Gina. Daffa lalu, beranjak dari tempat tidur dan berjalan menyusul sang istri. Daffa memeluk pinggang istri nya tersebut dengan begitu erat.     

Kedua nya sudah duduk di meja makan mereka Gina langsung memberikan piring yang sudah diri nya siapkan tak lupa kita juga bertanya kepada Dafa mengenai makanan apa yang diinginkan oleh suaminya tersebut Dafa lalu memberitahu diri nya ingin memakan apa.     

"Sambelnya banyakin dong Yang," ucap Daffa.     

Gina lalu menambahkan satu sendok lagi sambal yang dirinya buat. Sambal tumis teri adalah makanan favorit dari suaminya awalnya kita tidak menyangka jika sang suami menyukai hal sederhana seperti itu itu saat sang ibu mertua datang mengunjungi dirinya Ibu Sri memberitahu apa saja makanan yang disukai oleh anak sulung nya tersebut. Banyak makanan yang sangat sederhana yang disukai oleh Daffa bahkan Gina saja tidak percaya akan hal itu jika sang ibu mertua nya tidak memberitahukan, mengenai apa saja yang disukai oleh suaminya tersebut.     

"Masakan kamu selalu enak bikin aku jadi pengen nambah terus dan terus," ucap Daffa dengan senyum yang mengembang. Gina tersenyum wanita itu sangat senang dengan pujian yang disampaikan oleh suaminya sesekali Gina juga membalas pujian dari suaminya tersebut. Kedua nya menikmati makan siang dengan damai tak ada pembahasan yang berlebihan, sesekali Daffa melirik dan tersenyum ke arah istri nya begitu juga dengan Gina wanita itu sedang memikirkan bagaimana cara nya bertanya dengan suami tentang apa yang terjadi di saat di dalam kantor sang mertua.     

Setelah selesai makan siang bersama ternyata Dafa dapat panggilan dari kantor pria itu lalu pergi dan tak lupa mengecup dahi istrinya. "Mas pergi dulu ya kamu nanti mau ke kampus bareng sama Dewa atau pergi sendiri?" tanya Daffa.     

"Aku pergi sendiri aja Mas nanti pesen taksi online atau kalau nggak mager aku pakai mobil aja nanti," jawab Gina.     

"Ya sudah kalau gitu Mas pergi dulu ya hatihati di rumah love you," ucap Daffa.     

Dina mengantar suami nya itu sampai ke depan pintu jarak antara rumah dan kantor yang sangat dekat membuat Dafa hanya berjalan kaki saja setelah suami nya sudah cukup jauh Gina lalu masuk ke dalam rumah baru saja diri nya menutup pintu rumah tersebut rasa mual menyelimuti Gina wanita itu segera berlari ke arah wastafel yang ada di dapur semua makanan yang diri nya makan tadi keluar dengan sendiri nya rasa pahit di dalam mulut juga sangat terasa dengan jelas. Gina menarik nafas dalam dalam mual ini sangat membuat nya tidak nyaman bahkan sampai air mata nya menetes dengan sangat keras bukan hanya mual biasa tapi juga sakit di kepala yang luar biasa setelah cukup puas berada di sana Gina mulai berjalan menuju meja makan. Wanita itu mulai menuangkan air di dalam cangkir dan meminum nya ada perasaan lega sedikit namun, hal itu tidak berlangsung lama rasa mual kembali menyerang Gina wanita itu memuntahkan semua yang ada di dalam perut nya.     

Gina lalu berjalan ke arah kamarnya wanita itu merebahkan diri nya di atas tempat tidur sembari memijat kepala nya yang sangat terasa pusing dadanya naik turun terlihat sangat jelas bahwa Gina sedang menahan rasa yang sangat tidak enak di dalam perut nya wanita itu mencari minyak kayu putih yang ada di samping tempat tidur namun, hal yang dicari tersebut tidak didapat Gina lalu melihat di bagian laci bawah dirinya menemukan balsem segera Gina membalurkan balsem tersebut ke kepala leher dan juga perut nya.     

Dering ponsel Gina terdengar sangat nyaring wanita itu sangat enggan untuk mengambil ponsel nya tersebut bergerak saja kepala Gina rasanya akan pecah cukup lama dirinya mengabaikan panggilan telepon tersebut sehingga ketika Gina sudah merasa sangat baik wanita itu mulai beranjak dari tempat tidurnya dilihatnya siapa yang menelpon dengan segera Gina mengangkat telepon tersebut.     

"Mau gue jemput gak?" tanya Dewa.     

"Apaan sih," ucap Gina. Wanita itu tidak mengerti dengan ucapan yang dilontarkan oleh Dewa, adik iparnya itu. "Ya elah lo, mau gue jemput gak?" tanya Dewa lagi.     

"Gue bisa jalan sendiri, ntar naik taksi online aja," jawab Gina.     

"Lo pengen gue, di gampar bang Daffa? Udah buruan bentar lagi gue jalan, terus setelah itu kita berangkat bareng. Gue gak terima penolakan lagi ya Na," ucap Dewa. Setelah mengatakan hal itu, Daffa langsung, mematikan panggilan tersebut sedangkan Gina hanya terdiam di tempat nya. Wanita itu lalu berjalan menuju tempat tidur, rasa nya saat ini Gina ingin tertidur dengan nyenyak.     

***     

Gina dan Dewa pergi bersama, Gina yang ingin menolak sudah tidak bisa lagi ketika sang suami sendiri yang menelpon diri nya. Hal tersebut membuat Gina pasrah diri nya untuk pergi bersama Dewa. Keduanya terdiam tidak ada sedikit suara pun yang terdengar hingga Gina memikirkan sesuatu yang membuat wanita itu itu menoleh ke arah Dewa.     

Dewa yang mengerti dengan lirikan yang diberikan oleh Gina menghela nafas nya panjang pria itu tahu apa yang akan ditanyakan oleh kakak ipar nya yang sedang duduk dan menatap ke arah diri nya saat ini.     

"Lo mau tanya soal tadi kan gue nggak tahu mau bilang apa Yang jelas lo usah pikirin apapun yang terjadi tadi antara bapak dan Bang Dafa memang selalu seperti itu keduanya nggak bisa bersatu sama sama egois sama sama keras kepala jadi kita orang yang waras hanya bisa melihat mereka tanpa bisa berkomentar," ucap Dewa.     

"Kenapa hal itu bisa terjadi pasti kan ada penyebab nya kenapa Bapak dan Mas Dafa bertingkah seperti itu, tidak mungkin tiba tiba mereka marahan atau apa pun seperti saat ini."     

"Gue aja nggak tahu, kenapa hal itu bisa terjadi, Na. Maka nya lo gak usah banyak mikirin. Mereka memang sering seperti itu, jadi lo diem saja. Entar juga bapak dan Bang Daffa baikan lagi," ucap Dewa. Gina masih belum puas dengan ucapan yang dilontarkan oleh sang sahabat, wanita itu masih memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Dewa melirik ke arah Gina, pria itu juga bisa merasakan bahwa kakak ipar nya itu tidak puas dengan apa yang diri nya sampai kan.     

Namun, Dewa tidak bisa mengatakan hal yang sebenarnya terjadi, biarkan Daffa sendiri yang mengatakan hal itu kenapa istri nya. Dan Dewa tidak mau ikut campur, pria itu hanya akan berbicara jika Daffa sudah mau menjelaskan semua yang terjadi. Apa dan kenapa sang Abang nya bertingkah seperti itu.     

Mobil yang dikendarai oleh Dewa sudah masuk ke dalam area kampus setelah terparkir dengan rapi Gina dan Dewa segera turun dari mobil tersebut Sekar dan Akbar yang baru saja sampai langsung menghampiri mereka berdua.     

"Woi!!" teriak Akbar.     

"Nggak usah teriak kali bar mereka juga bakalan denger lo berisik banget tau nggak," omel Sekar dengan nada sinis.     

"Ya elah Sekar lo mah berisik amat gue kan cuman mau manggil mereka aja," balas Akbar.     

Sekarang hanya menampilkan wajah nya yang cemberut berdebat dengan Akbar hanya akan membuat dia sakit hati kedua nya lalu berjalan mendekati Gina dan Dewa.     

"Pak Atha minta ada pertemuan hari ini loh udah dikabarin beliau belum nah?" tanya Sekar.     

Gina melotot mendengar ucapan yang baru saja disampaikan oleh Sekar wanita itu segera melihat handphone nya dan benar saja banyak panggilan tak terjawab dari atta dan juga pesan singkat yang dikirimkan oleh dosen nya tersebut ia mengatakan bahwa diri nya meminta untuk jam tambahan hari ini.     

"Astaga gue nggak tahu kalau Pak Atha ngehubungin gimana dong lu udah mau bikin anak anak belum kak?" tanya Gina dengan paniknya.     

Sekar hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sepupunya itu yang selalu bertingkah luar biasa Gina akan bertingkah seperti ini jika dirinya dalam keadaan panik pada hal hal yang dikhawatirkan oleh Gina belum tentu terjadi tapi Gina akan selalu bersikap seperti ini. Sekar lalu memberi tahu bahwa diri nya sudah memberi info ke grup mengenai mata kuliah apa yang akan dilaksanakan hari ini mereka lalu berjalan menuju ruangan kelas mereka. Gina bisa bernafas dengan lega mendengar hal itu karena memikirkan masalah sang suami membuat Gina jadi tidak fokus.     

Mereka semua sudah duduk di dalam kelas menunggu atta yang akan segera masuk laporan yang sudah dibeli diberikan oleh Hatta juga sudah dikumpul di atas meja dosen saat mereka sedang asyik menunggu dosen tersebut datang tiba tiba dari arah pintu masuklah Acha dan juga Atha bersamaan Hal itu membuat semua orang yang ada di sana menatap ke arah pintu masuk tersebut.     

Acha segera berjalan dan duduk di samping Gina, sedangkan Atha berjalan ke arah meja dosen.     

"Selamat sore, hari ini selain saya meminta kalian untuk mengumpulkan laporan kalian saya juga mengumpulkan kalian disini untuk memberikan jam tambahan serta beberapa hal yang harus kita bahas mengenai perkuliahan kita yang akan selesai dalam 2 kali pertemuan lagi."     

"Menunggu lagi kita akan membahas beberapa hal yang sempat tertunda dan saya minta satu persatu dari kalian menjelaskan mengenai laporan yang kalian buat."     

Mendengar hal itu seketika Gina terdiam wanita itu bingung harus menjelaskan Seperti apa karena yang mengerjakan tugasnya adalah Daffa sedangkan dirinya semalam tertidur Dewa yang melihat sikap kakak iparnya tidak tenang tersebut menyenggol lengan Gina raut wajah Dewa terlihat seperti menggoda Gina.     

"Katanya buat laporan sendiri hayo lo pasti Bang Dafa yang buatkan," ujar Dewa.     

"Berisik tau nggak diem aja lo."     

Dewa yang mendengar hal itu hanya bisa menahan tawanya dirinya sangat yakin bahwa laporan yang dikerjakan oleh Gina pasti dibantu oleh orang lain karena Dewa yakin kita tidak akan mungkin bisa mengerjakan semua nya seorang diri dalam waktu singkat selama ini ini pasti di antara mereka yang membantu Gina untuk mengerjakan laporan dan sekarang kita bisa mengerjakannya seorang diri itu sangat mustahil pikir Dewa.     

Setiap mahasiswa satu demi satu menjelaskan yang maju ke depan hingga waktu nya Cina yang maju untung lah wah Dina memiliki otak yang cerdas sehingga beberapa menit menunggu para teman teman nya selesai mempresentasikan hasil mereka wanita itu langsung belajar dan membaca beberapa hal yang dibuat oleh suami nya. Semua pembahasan yang dilakukan oleh Dafa sangat ringan sehingga Gina bisa memahami dan mengambil serta menarik kesimpulan mengenai laporan yang disusun tersebut.     

Saat Gina sedang mempresentasikan laporannya semua orang yang ada di dalam kelas tersebut menatap kearah Gina dengan begitu kagum paparan yang disampaikan oleh Gina begitu ringan dan mudah dimengerti oleh mereka semua Dewa yang melihat hal itu hanya bisa geleng geleng kepala.     

"Baiklah terima kasih untuk laporan kalian hari ini saya sangat senang dengan hasil yang kalian sampaikan ternyata kalian mengerti dengan apa yang sudah kita lakukan dalam beberapa pertemuan kemarin."     

"Minggu depan adalah materi terakhir dan saya harap semuanya bisa hadir untuk menerima kisi kisi soal UAS kita nanti baiklah kelas saya akhiri selamat sore."     

Setelah mengatakan hal itu Atha lalu keluar dari dalam kelas tersebut di susul oleh beberapa mahasiswa lainnya sedangkan Gina, Sekar, Dewa, Acha, dan Akbar kelima nya masih berada di dalam kelas. Gina segera menatap ke arah Aceh, wanita itu meminta kejelasan dari sahabatnya mengenai apa Dan seperti apa hubungan Acha dengan Atha saat ini.     

Acha mengerti dengan tatapan para sahabatnya itu, wanita itu menarik nafas dengan panjang.     

"Oke apa yang mau kalian tanyakan," ucap Acha.     

Baru saja Gina akan membuka mulutnya tiba-tiba rasa mual kembali menghampiri wanita itu dengan segera Gina berlari dari kelasnya menuju ke arah toilet yang ada di ujung tangga wanita itu berlari dengan sangat kuat rasa mual yang begitu dalam membuat dirinya ingin segera memuntahkan apapun yang ada di dalam perutnya saat ini sedangkan yang lainnya yang melihat Gina seperti itu segera menyusul Gina ke dalam kamar mandi. Tas dan semua barang milik Gina dibawakan oleh Dewa dan juga Akbar terlihat sangat jelas raut wajah mereka sangat khawatir dengan kondisi Gina saat ini. Di dalam kamar mandi Gina mulai memuntahkan semua isi perut nya wanita itu sudah terlihat sangat tidak nyaman dengan apa yang terjadi hari ini rasa mual yang begitu dalam apa lagi ditambah dengan rasa sakit kepala yang begitu sangat sakit.     

"Lo kenapa Na?" tanya Sekar dengan raut wajah khawatir. Bukan hanya Sekar tapi juga Acha yang saat ini memijat tekuk sahabatnya itu. Sedangkan Dewa dan Akbar menunggu di luar karena toilet tersebut adalah toilet wanita dan tidak mungkin mereka masuk ke dalam sana.     

Gina menggelengkan kepalanya dirinya saja tidak tahu apa yang terjadi dengan dia saat ini setelah selesai dengan acara muntahnya Gina beserta Sekar dan aca keluar dari dalam kamar mandi Akbar yang sempat pergi ke kantin membeli minuman segera memberikan botol minum tersebut kepada sahabatnya.     

"Thanks Bar," ucap Gina. Akbar hanya menganggukkan kepalanya, mereka lalu mengajak Gina untuk duduk di dekat toilet tersebut.     

"Lo hamil, Na?" tanya Sekar.     

Mendengar pertanyaan yang disebutkan oleh Sekara membuat Gina teringat sesuatu bahwa bulan ini dirinya belum mendapatkan tamu bulanan nya.     

***     

"Gimana?" tanya mereka semua.     

Gina hanya menggelengkan kepalanya, karena hasil dari testpack tersebut hanya satu garis sedangkan jika hamil itu dua garis.     

###     

Selamat membaca dan terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.